1. Dimensi kemanusiaan dan pendidikan
a.
Dimensi-dimensi kemanusiaan
1. Dimensi Keindividualan
Manusia sebagai makhluk individual dimaksudkan
sebagai orang seorang yang utuh (individual; in-devide: tidak terbagi) yang
terjadi dari kesatuan pisik dan psikis. Keberadaan manusia sebagai individual
bersifat unik (unique), artinya berbeda antara satu dari yang lainnya.
2. Dimensi Kesosialan
Seorang akan menemukan “akunya”, manakala berada di
tengah aku yang lain. Artinya manusia tidak akan mengenali dirinya dan dapat
meujudkan potensinya sebelum dia berinteraksi dengan manusia yang lain. Manusia
adalah makhluk sosial sekaligus adalah juga makhluk individual.
3. Dimensi Kesusilaan
Dalam pergaulan sosial manusia diikat oleh
nilai-nilai tertentu yang menjadi patokan/ ukuran bahwa suatu prilaku dianggap
baik atau buruk. Istilah susila berasal dari dua kata, yaitu su berarti baik
dan sila berarti dasar. Jadi kesusliaan merupakan ukuran baik dan buruk.
4. Dimensi Keberagaman
Manusia adalah makhluk yang religius, yang mengakui
bahwa da suatu zat yang mengasai alam beserta isinya, yang dipuja dan
disembahnya yang disebut “llah” yaitu Tuhan. Manusia pada dasarny atunduk dan
patuh kepada Tuhan, kepada ajaran-ajaran yang disampaikan melalui kitab
suci-Nya.
b.
Pengembangan dimensi kemanusiaan
Pendidikan harus mengembangkan anak
didik mampu menolong dirinya sendiri. Pestalozzi mengungkapkan hal ini dengan
istilah/ucapan: Hilfe zur selbathilfe,yang artinya memberi pertolongan agar
anak mampu menolong dirinya sendiri.
Untuk dapat menolong dirinya
sendiri, anak didik perlu mendapat berbagai pengalaman di dalam pengembangan
konsep, prinsip, generasi, intelek, inisiatif, kreativitas, kehendak,
emosi/perasaan, tanggungjawab, keterampilan ,dll. Dengan kata lain, anak didik
harus mengalami perkembangan dalam kawasan kognitif, afektif dan
psikomotor.Sebagai mahluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang
bukan merupakan tindakan instingtif, dan hal-hal ini hanya bisa diperoleh
melalui pendidikan dan proses belajar.
2. Pengertian pendidikan menurut 5
para ahli
Menurut
Juhn Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal inimungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau
pergaulan orang dewasa dengan orang muda,mungkin
pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan
kesinambungansocial. Proses ini
melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dankelompok dimana dia hidup.
Menurut
H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian
yang lebihtinggi bagi makhluk manusia
yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadarkepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam
sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan darimanusia.
Menurut
Frederick J. Mc Donald, pendidkan adalah suatu proses atau kegiatan yang
diarahkan untukmerubah tabiat (behavior)
manusia. Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap tanggapan atauperbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh
sesorang.
Menurut
M.J. Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap
pergaulanyang terjadi antara orang
dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimanapekerjaan mendidik itu berlangsung.
Menurut John Dewey, Pendidikan
adalah segala sesuatu bersamaan dengan pertumbuhan; pendidikan sendiri tidak
punya tujuan akhir di balik dirinya.
3. Faktor-faktor
pendidikan
Faktor anak didik: Faktor ini
mencakup siswa atau kalangan yang mendapatkan pengajaran oleh pendidik.
Faktor lingkungan
pendidikan: Lingkungan juga merupakan suatu faktor penting dalam menunjang
keberhasilan sebuah tujuan pendidikan.
Faktor alat pendidikan:
Merupakan sebuah faktor dalam pendidikan yang memiliki fungsi sebagai pengajar
atau pendidik yang akan menuntun atau membimbing suatu murid atau siswa yang di
ajar bisa mencapai tujuannya.
Faktor tujuan pendidikan: Faktor tujuan merupakan
sebuah target atau goal yang akan di capai, dengan menetapkan suatu tujuan maka
kita bisa memiliki tolak ukur keberhasilan dalam menjalankan sebuah pendidikan
yang baik.
4. Faktor alat pendidikan
Yang dimaksud dengan alat pendidikan
adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya
suatu tujuan pendidikan yang tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor
pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapain tujuan pendidikan
yang diinginkan.
Dalam
pengertian yang luas alat meliputi juga faktor-faktor pendidikan yang lain,
seperti tujuan, pendidik, anak didik dan lingkungan pendidikan bilamana
faktor-faktor tersebut digunakan dan direncanakan dalam perbuatan atau tindakan
mendidik. Dalam konteks ini dibandingkan dengan faktor-faktor pendidikan, maka
alat-alat pendidikan lebih konkrit dan lebih jelas pengaruhnya pada proses
pelaksanaan pensisikan. Alat-alat pendidikan berupa perbuatan-perbuatan atau
tindakan-tindakan yang secara konkrit dan tegas dilaksanakan, guna menjaga agar
proses pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan berhasil.
1. Macam-macam Alat Pendidikan
Alat-alat
pendidikan itu sendiri terdiri dari bermacam-macam, antara lain: hukuman dan
ganjaran, perintah dan larangan, celaan dan pujian, contoh serta kebiasaan.
Termasuk juga sebagai alat pendidikan diantaranya: keadaan gedung sekolah,
keadaan perlengkapan sekolah, keadaan alat-alat pelajaran, dan
fasilitas-fasilitas lainnya.
Ditinjau
dari segi wujudnya, maka alat pendidikan itu dapat berupa:
a. Perbuatan pendidik
(biasa disebut software); mencakup nasihat, teladan, larangan, perintah,
pujian, teguran, ancaman dan hukuman.
b. Benda-benda sebagai alat
bantu (biasa disebut hardware); mencakup meja kursi, belajar, papan tulis,
penghapus, kapur tulis, buku, peta, OHP dan sebagainya.[1][17]
Sementara
itu, tindakan pendidikan yang merupakan alat pendidikan dapat ditinjau
berdasarkan dua sudut pandang[2][18], yaitu :
a. Pengaruh tindakan
terhadap tingkah laku anak didik
1) Yang bersifat positif
mendorong anak didik untuk melakukan serta meneruskan tingkah laku tertentu,
seperti teladan, perintah, pujian dan hadiah.
2) Yang bersifat mengekang mendorong
anak didik untuk menjauhi serta menghentikan tingkah laku tertentu, seperti
larangan, teguran, ancaman dan hukuman.
b. Akibat tindakan terhadap
perasaan anak didik
1) Mencegah atau mengarahkan,
seperti perintah, teladan dan larangan.
2) Memperbaiki, seperti
teguran, ancaman, dan hukuman.
5. Landasan psikologis pendidikan
A. Perkembangan Individu dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya Keberhasilan pendidik dalam melaksanakan berbagai peranannya
antara lain akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang perkembangan peserta
didik. Oleh karen itu agar sukses dalam mendidik, kita perlu memahami
perkembangan, sebab hal ini membantu kita dalam memahami tingkah laku.
1. Definisi dan Prinsip-prinsip PerkembanganPerkembangan adalah proses perubahan yang berlangsung terus-menerus sejak terjadinya pembuahan hingga meninggal dunia (Yelon and Weinstein,1977 ). Perubahan dalam perkembangan individu terjadi karena kematangan dan belajar.
Prinsip-prinsip perkembangan menurut Yelon and Weinstein ada 5, yaitu :
1. Definisi dan Prinsip-prinsip PerkembanganPerkembangan adalah proses perubahan yang berlangsung terus-menerus sejak terjadinya pembuahan hingga meninggal dunia (Yelon and Weinstein,1977 ). Perubahan dalam perkembangan individu terjadi karena kematangan dan belajar.
Prinsip-prinsip perkembangan menurut Yelon and Weinstein ada 5, yaitu :
i. Perkembangan individu berlangsung
terus menerus sejak pembuahan hingga meninggal dunia.
ii. Kecepatan perkembangan setiap individu berbeda-beda, tetapi pada umumnya mempunyai perkembangan yang normal.
ii. Kecepatan perkembangan setiap individu berbeda-beda, tetapi pada umumnya mempunyai perkembangan yang normal.
iii. Semua aspek perkembngan yang
bersifat fisik, sosial, mental, dan emosional satu sama lainnya saling
berhubungan.
iv. Arah perkembangan individu dapat
diramalkan.
v. Perkembangan berlangsung secara
bertahap dan setiap tahap memilki karakteristik tertentu.
2.
Pengaruh Hereditas dan Lingkungan terhadap Perkembangan Individu
Salah satu masalah yang menjadi perhatian para ahli
psikologi yaitu berkenaan dengan faktor penentu perkembangan individu. Hasil
studi psikologi sebagai jawaban terhadap permasalahan tersebut dapat dibedakan
menjadi 3 kelompok yaitu :
a.
Nativisme Menurut teori ini setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa
faktor-faktor turunan yang berasal dari orang tuanya, dan faktor turunan
tersebut menjadi faktor penentu perkembngan individu. Implikasinya terhadap
pendidikan yaitu kurang memberikan kemungkinan bagi pendidik dalam upaya
mengubah kepribadian peserta didik.
b. Empirisme Menurut teori ini setiap individu diahirkan ke dunia dalam keadaan bersih ibarat papan tulis yang belum di tulisi. Setelah kelahirannya, faktor penentu perkembangan individu ditentukan oleh faktor lingkungan atau pengalamannya. Implikasinya terhadap pendidikan yakni memberikan kemungkinan sepenuhnya bagi pendidik untuk dapat membentuk kepribadian peserta didik.
b. Empirisme Menurut teori ini setiap individu diahirkan ke dunia dalam keadaan bersih ibarat papan tulis yang belum di tulisi. Setelah kelahirannya, faktor penentu perkembangan individu ditentukan oleh faktor lingkungan atau pengalamannya. Implikasinya terhadap pendidikan yakni memberikan kemungkinan sepenuhnya bagi pendidik untuk dapat membentuk kepribadian peserta didik.
c. Teori
Konvergensi Menurut teori ini perkembangan individu di tentukan oleh faktor
keturunan maupun oleh faktor lingkungan/pengalaman. Implikasinya terhadap
pendidikan yakni memberikan kemungkinan bagi pendidik untuk dapat membantu
perkembangan individu sesuai dengan apa yang diharapkan, namun demikian
pelaksanaannya harus tetap memperhatiakan faktor-faktor hereditas peserta
didik, seperti kematangan, bakat, kemampuan, keadaan mental,dsb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar