Rabu, 27 November 2013



1.     Dimensi kemanusiaan dan pendidikan
a.       Dimensi-dimensi kemanusiaan

1. Dimensi Keindividualan
Manusia sebagai makhluk individual dimaksudkan sebagai orang seorang yang utuh (individual; in-devide: tidak terbagi) yang terjadi dari kesatuan pisik dan psikis. Keberadaan manusia sebagai individual bersifat unik (unique), artinya berbeda antara satu dari yang lainnya.
2. Dimensi Kesosialan
Seorang akan menemukan “akunya”, manakala berada di tengah aku yang lain. Artinya manusia tidak akan mengenali dirinya dan dapat meujudkan potensinya sebelum dia berinteraksi dengan manusia yang lain. Manusia adalah makhluk sosial sekaligus adalah juga makhluk individual.
3. Dimensi Kesusilaan
Dalam pergaulan sosial manusia diikat oleh nilai-nilai tertentu yang menjadi patokan/ ukuran bahwa suatu prilaku dianggap baik atau buruk. Istilah susila berasal dari dua kata, yaitu su berarti baik dan sila berarti dasar. Jadi kesusliaan merupakan ukuran baik dan buruk.
4. Dimensi Keberagaman
Manusia adalah makhluk yang religius, yang mengakui bahwa da suatu zat yang mengasai alam beserta isinya, yang dipuja dan disembahnya yang disebut “llah” yaitu Tuhan. Manusia pada dasarny atunduk dan patuh kepada Tuhan, kepada ajaran-ajaran yang disampaikan melalui kitab suci-Nya.

b.      Pengembangan dimensi kemanusiaan
Pendidikan harus mengembangkan anak didik mampu menolong dirinya sendiri. Pestalozzi mengungkapkan hal ini dengan istilah/ucapan: Hilfe zur selbathilfe,yang artinya memberi pertolongan agar anak mampu menolong dirinya sendiri.

Untuk dapat menolong dirinya sendiri, anak didik perlu mendapat berbagai pengalaman di dalam pengembangan konsep, prinsip, generasi, intelek, inisiatif, kreativitas, kehendak, emosi/perasaan, tanggungjawab, keterampilan ,dll. Dengan kata lain, anak didik harus mengalami perkembangan dalam kawasan kognitif, afektif dan psikomotor.Sebagai mahluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif, dan hal-hal ini hanya bisa diperoleh melalui pendidikan dan proses belajar.

2.     Pengertian pendidikan menurut 5 para ahli
Menurut Juhn Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal inimungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda,mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungansocial. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dankelompok dimana dia hidup.
Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebihtinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadarkepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan darimanusia.
Menurut Frederick J. Mc Donald, pendidkan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untukmerubah tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap tanggapan atauperbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh sesorang.
Menurut M.J. Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap pergaulanyang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimanapekerjaan mendidik itu berlangsung.
Menurut John Dewey, Pendidikan adalah segala sesuatu bersamaan dengan pertumbuhan; pendidikan sendiri tidak punya tujuan akhir di balik dirinya.
3.     Faktor-faktor pendidikan

Faktor anak didik: Faktor ini mencakup siswa atau kalangan yang mendapatkan pengajaran oleh pendidik.


Faktor lingkungan pendidikan: Lingkungan juga merupakan suatu faktor penting dalam menunjang keberhasilan sebuah tujuan pendidikan.
Faktor alat pendidikan: Merupakan sebuah faktor dalam pendidikan yang memiliki fungsi sebagai pengajar atau pendidik yang akan menuntun atau membimbing suatu murid atau siswa yang di ajar bisa mencapai tujuannya.
Faktor  tujuan pendidikan: Faktor tujuan merupakan sebuah target atau goal yang akan di capai, dengan menetapkan suatu tujuan maka kita bisa memiliki tolak ukur keberhasilan dalam menjalankan sebuah pendidikan yang baik.

4.     Faktor  alat pendidikan

Yang dimaksud dengan alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan yang tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapain tujuan pendidikan yang diinginkan.
Dalam pengertian yang luas alat meliputi juga faktor-faktor pendidikan yang lain, seperti tujuan, pendidik, anak didik dan lingkungan pendidikan bilamana faktor-faktor tersebut digunakan dan direncanakan dalam perbuatan atau tindakan mendidik. Dalam konteks ini dibandingkan dengan faktor-faktor pendidikan, maka alat-alat pendidikan lebih konkrit dan lebih jelas pengaruhnya pada proses pelaksanaan pensisikan. Alat-alat pendidikan berupa perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan yang secara konkrit dan tegas dilaksanakan, guna menjaga agar proses pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan berhasil.
1.      Macam-macam Alat Pendidikan
Alat-alat pendidikan itu sendiri terdiri dari bermacam-macam, antara lain: hukuman dan ganjaran, perintah dan larangan, celaan dan pujian, contoh serta kebiasaan. Termasuk juga sebagai alat pendidikan diantaranya: keadaan gedung sekolah, keadaan perlengkapan sekolah, keadaan alat-alat pelajaran, dan fasilitas-fasilitas lainnya.
Ditinjau dari segi wujudnya, maka alat pendidikan itu dapat berupa:
a.       Perbuatan pendidik (biasa disebut software); mencakup nasihat, teladan, larangan, perintah, pujian, teguran, ancaman dan hukuman.
b.      Benda-benda sebagai alat bantu (biasa disebut hardware); mencakup meja kursi, belajar, papan tulis, penghapus, kapur tulis, buku, peta, OHP dan sebagainya.[1][17]
Sementara itu, tindakan pendidikan yang merupakan alat pendidikan dapat ditinjau berdasarkan dua sudut pandang[2][18], yaitu :
a.       Pengaruh tindakan terhadap tingkah laku anak didik
1)      Yang bersifat positif mendorong anak didik untuk melakukan serta meneruskan tingkah laku tertentu, seperti teladan, perintah, pujian dan hadiah.
2)      Yang bersifat mengekang mendorong anak didik untuk menjauhi serta menghentikan tingkah laku tertentu, seperti larangan, teguran, ancaman dan hukuman.
b.      Akibat tindakan terhadap perasaan anak didik
1)      Mencegah atau mengarahkan, seperti perintah, teladan dan larangan.
2)      Memperbaiki, seperti teguran, ancaman, dan hukuman.

5.     Landasan psikologis pendidikan

A. Perkembangan Individu dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Keberhasilan pendidik dalam melaksanakan berbagai peranannya antara lain akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang perkembangan peserta didik. Oleh karen itu agar sukses dalam mendidik, kita perlu memahami perkembangan, sebab hal ini membantu kita dalam memahami tingkah laku.
1. Definisi dan Prinsip-prinsip PerkembanganPerkembangan adalah proses perubahan yang berlangsung terus-menerus sejak terjadinya pembuahan hingga meninggal dunia (Yelon and Weinstein,1977 ). Perubahan dalam perkembangan individu terjadi karena kematangan dan belajar.
Prinsip-prinsip perkembangan menurut Yelon and Weinstein ada 5, yaitu :
i. Perkembangan individu berlangsung terus menerus sejak pembuahan hingga meninggal dunia.
ii. Kecepatan perkembangan setiap individu berbeda-beda, tetapi pada umumnya mempunyai perkembangan yang normal.
iii. Semua aspek perkembngan yang bersifat fisik, sosial, mental, dan emosional satu sama lainnya saling berhubungan.
iv. Arah perkembangan individu dapat diramalkan.
v. Perkembangan berlangsung secara bertahap dan setiap tahap memilki karakteristik tertentu.
2. Pengaruh Hereditas dan Lingkungan terhadap Perkembangan Individu
Salah satu masalah yang menjadi perhatian para ahli psikologi yaitu berkenaan dengan faktor penentu perkembangan individu. Hasil studi psikologi sebagai jawaban terhadap permasalahan tersebut dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu :

a. Nativisme Menurut teori ini setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa faktor-faktor turunan yang berasal dari orang tuanya, dan faktor turunan tersebut menjadi faktor penentu perkembngan individu. Implikasinya terhadap pendidikan yaitu kurang memberikan kemungkinan bagi pendidik dalam upaya mengubah kepribadian peserta didik.
b. Empirisme Menurut teori ini setiap individu diahirkan ke dunia dalam keadaan bersih ibarat papan tulis yang belum di tulisi. Setelah kelahirannya, faktor penentu perkembangan individu ditentukan oleh faktor lingkungan atau pengalamannya. Implikasinya terhadap pendidikan yakni memberikan kemungkinan sepenuhnya bagi pendidik untuk dapat membentuk kepribadian peserta didik.
c. Teori Konvergensi Menurut teori ini perkembangan individu di tentukan oleh faktor keturunan maupun oleh faktor lingkungan/pengalaman. Implikasinya terhadap pendidikan yakni memberikan kemungkinan bagi pendidik untuk dapat membantu perkembangan individu sesuai dengan apa yang diharapkan, namun demikian pelaksanaannya harus tetap memperhatiakan faktor-faktor hereditas peserta didik, seperti kematangan, bakat, kemampuan, keadaan mental,dsb.